Di sudut bumi Sumbawa, di tanah yang hangat oleh adab dan hujan doa, berdiri sebuah rumah ilmu, bercahaya biru bernama Abu Bakar Al Islamy. Terlihat tinggi menjulang, tak gemerlap lampunya, tapi di dalamnya hidup api kecil yang tak pernah padam bernamakan anak pondok. Para penjaga cahaya di zaman yang mulai temaram. Mereka datang dari berbagai arah,membawa tas berisi harapan dan hati yang siap ditempa. Di bawah langit yang bersaksi, mereka belajar, bukan hanya untuk tahu, tapi untuk menjadi.
Pondok Bukan Hanya Tempat Belajar
Di Abu Bakar Al Islamy, pendidikan tak hanya tertulis di papan tulis, tapi tumbuh di dada-dada yang ikhlas. Di setiap ayat yang dilafazkan, ada sebaris doa yang menyusup ke langit, meminta agar ilmu tak sekadar tinggal di kepala, tapi menyatu dalam sikap, dalam akhlak, dalam langkah.
Guru-gurunya bukan hanya pengajar, mereka adalah murobbi penanam nilai,yang mengajari bahwa ilmu tanpa iman adalah kapal tanpa arah.
Anak Pondok Penjelajah Jalan Sunyi
Anak-anak pondok bukan penikmat dunia yang riuh, mereka adalah para pejalan malam yang memilih rindu dalam doa,ketimbang gemerlap dunia fana. Saat teman sebaya sibuk memburu popularitas, pelita Abu Bakar Al Islamy lebih memilih memburu pemahaman. Menghadapi Al Qur’an yang penuh makna, menyelami samudra tafsir, hingga setiap huruf menjelma menjadi cermin diri.
Dari Sumbawa untuk Dunia
Mereka tak harus dikenal dunia, karena tugas mereka adalah menerangi dunia. Dari sudut Sumbawa yang tenang ini, Pondok Abu Bakar Al Islamy menanam bibit insan yang jujur, yang kelak akan menjadi pelita bagi umat yang meraba dalam gelap. Di tangan mereka, masa depan bukan sekadar impian, tapi amanah. Dan dari hati mereka, lahir keberanian untuk tetap berpegang pada nilai, meski arus zaman memaksa menjauh dari kebenaran.
Abu Bakar Al Islamy Rumah Pulang Para Pencari
Pondok ini bukan hanya tempat tinggal, tapi tempat pulang bagi hati yang haus ilmu, tempat berlindung bagi jiwa yang rindu ketenangan. Di sini, anak-anak belajar bukan hanya membaca,tapi menjadi:
menjadi hamba yang takut pada Allah, menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama.
Cahaya Itu Bernama Santri
Mereka mungkin tak bersuara lantang, tapi diam mereka adalah dzikir, langkah mereka adalah pengabdian. Anak-anak pondok Abu Bakar Al Islamy bukanlah bayangan masa lalu, mereka adalah cahaya masa depan, yang sedang ditempa oleh sabar, dan akan bersinar saat dunia paling gelap. Merekalah pelita dari Sumbawa yang kelak akan menerangi dunia dengan ilmu dan adab. (Muhammad Fadli)